Kaldera pada Gunung Bromo


.


Gunung Bromo (2.329 m dpl), adalah salah satu gunung dari beberapa gunung lainnya yang terhampar di kawasan Komplek Pegunungan Tengger, berdiri di areal Kaldera berdiameter 8-10 km yang dinding kalderanya mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan ± 60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter.

Pada hamparan pasir yang sangat luas (Laut Pasir), terdapat gunung-gunung yang berada di tengahnya, yaitu Gunung Bromo (2.392 m dpl), Gunung Batok ( 2.440 m dpl), Gunung Widodaren (2.614 m dpl), Gunung Watangan (2.601 m dpl) dan Gunung Kursi (2.581 m dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan ±60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter. Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di tengah kawah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo yang sampai saat ini masih terlihat mengepulkan asap putih setiap saat, manandakan Gunung ini masih aktif.

Awalnya Gunung Bromo dan lautan pasir berasal dari dua gunung yang saling berimpitan satu sama lain. Gunung Tengger (4.000 m dpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi pada waktu itu. Kemudian terjadi letusan kecil, materi vulkanik terlempar ke tenggara sehingga membentuk lembah besar dan dalam sampai ke desa Sapi Kerep. Letusan dahsyat kemudian menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari delapan kilometer. Karena dalamnya kaldera, materi vulkanik letusan lanjutan tertumpuk di dalam dan sekarang menjadi lautan pasir.

Dahulu, kaldera tersebut diduga pernah terisi oleh air dan kemudian aktivitas lanjutan adalah munculnya lorong magma di tengah kaldera sehingga muncul gunung-gunung baru, antara lain Lautan Pasir, Gunung Widodaren, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo.

Gunung Bromo memiliki karakteristik letusan yang berbeda jika dibandingkan dengan gunung api lainnya. Jika kita bandingkan dengan Gunung Merapi yang tergolong sebagai high volcanic, Gunung Bromo memiliki karakteristik erupsi kecil. Material yang dikeluarkan saat letusan Gunung Bromo dapat berupa pasir dan abu dengan radius 6 – 10 km. Hal itu berbeda dengan material yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi yang dapat berupa lava yang sangat kental yang bisa menyumbat mulut kawah sehingga tekanan gas didalamnya semakin bertambah yang pada akhirnya membuat awan panas “wedhus gembel” keluar.Jika kita membahas Gunung Bromo, tentunya juga akan membahas mengenai kaldera di Pegunungan Tengger itu sendiri, sebab Gunung Bromo sendiri merupakan gunung api yang berada di kawasan kaldera Pegunungan Tengger.

Berdasarkan bentuknya, Gunung Bromo termasuk ke dalam jenis kaldera, yaitu gunung api yang terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang kemudian melempar ujung atas gunung itu sendiri. Adapun pengertian kaldera adalah fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik. Istilah kaldera sering tertukar dengan kawah vulkanik. Kata "kaldera" sendiri berasal dari bahasa Spanyol, yang artinya wajan. Terdapat dua teori mengenai pembentukan kaldera, yaitu kaldera terbentuk melalui erupsi besar dan kaldera yang terbentuk melalui erupsi kecil.Untuk teori pertama, kaldera suatu gunung api terbentuk akibat aktivitas erupsi yang sangat besar yang mengakibatkan magma di dalam dapur magma (magma chamber) habis. Saat erupsi berlangsung, gas-gas yang berada di dalam magma cair terus menekan hingga akhirnya dapat menjadi sumber energi keluarnya magma. Ketika semua material beserta gas ini keluar, hal ini membuat magma chamber menjadi kosong dan akhirnya bagian atas gunung api menjadi ambles ke bawah dan diisi dengan material lain. Ada juga yang kemudian membentuk gunung api baru didalamnya.

Lalu, untuk teori yang kedua, pembentukan kaldera dapat disebabkan oleh erupsi yang kecil. Ketika erupsi berlangsung, lelehan lava pijar menerobos keluar melalui celah disamping gunung. Akhirnya celah itulah yang menjadi jalan keluar magma yang berasal dari magma chamber. Lalu sama seperti teori pertama, bagian atas gunung api tersebut kemudian ambles ke bawah dan membentuk kaldera. Kedua teori tersebut pada dasarnya bekerja sesuai dengan hukum gravitasi. Ketika ruang dapur magma (magma chamber) menjadi kosong, maka gaya gravitasi menarik dinding atas gunung ke bawah dan akhirnya terjadilah amblesan yang membentuk kaldera.


Berdasarkan teori pembentukan kaldera diatas, maka pembentukan kaldera pada Gunung Bromo termasuk ke dalam teori pertama, yaitu pembentukan yang melalui erupsi kecil. Hal itu disebabkan aktivitas vulkaniknya yang tidak terlalu besar seperti Gunung Merapi dan juga erupsinya tergolong erupsi kecil. Selain itu, Gunung Bromo juga berada di dalam kawasan kaldera Pegunungan Tengger sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik pada magma chamber menjadi terbagi dengan gunung api lainnya.

2 Responses to “Kaldera pada Gunung Bromo”

  1. permisi, boleh minta referensi nya?
    lagi cari pembentukan kaldera tengger, nemunya kebanyakan di blog.
    hatur nuhun ya
    :D

  2. Farid Hatake says:

    http://rovicky.wordpress.com/2010/12/03/pembentukan-kaldera-gunungapi/
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 21.47 WIB
    khatulistiwa.info/gunung/5-gunung-bromo.html
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 21.52 WIB
    id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 21.56 WIB
    id.wikipedia.org/wiki/Vulkanologi
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 22.01 WIB
    www.slideshare.net/gitase/vulkanisme
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 22.12 WIB
    http://www.anneahira.com/macam-macam-gunung.htm
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 22.20 WIB
    http://nasional.vivanews.com/news/read/190483-ini-yang-membedakan-bromo-dengan-merapi
    Diakses pada 14 Maret 2011 pukul 22.23 WIB

Your Reply