Pelapukan Sebagai Penyebab Retakan di Lereng Gunung Wilis


.


Gunung Wilis adalah sebuah gunung non-aktif yang terletak di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Gunung Wilis memiliki ketinggian 2552 meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek.
Baru-baru ini terdengar suara gemuruh di daerah dekat Gunung Wilis. Awalnya banyak yang berpendapat bahwa aktivitas vulkanisme di gunung ini kembali “bangun”. Sekedar informasi, Gunung Wilis merupakan gunung api yang sudah lama sekali tidak menunjukkan aktivitas vulkanismenya secara aktif atau bisa dikatakan telah “mati”. Namun, hal tersebut tidak membuktikan bahwa gunung ini tidak pernah menunjukkan aktivitas vulkanismenya. Dahulu, diprediksikan telah terjadi letusan yang cukup hebat di gunung ini, terlihat dari bentuk puncaknya yang nyaris sempurna.
Suara gemuruh tersebut dihasilkan oleh dentuman dan getaran yang terjadi di Gunung Wilis. Akibatnya, permukaan tanah di lereng Gunung Wilis mengalami keretakan dengan panjang mencapai 2 kilometer. Retak dengan kerenggangan antara 10 centimeter hingga seukuran tubuh orang dewasa tersebut memiliki kedalaman hingga 5 meter. Fenomena ini berdasarkan penelitian ESDM Jatim dan BMKG dipicu oleh adanya gempa berkekuatan 0,5 - 3 mmi pada kedalaman 3 - 5 kilometer di bawah permukaan tanah. Dari fakta tersebut, banyak yang beranggapan bahwa gempa tersebut disebabkan adanya aktivitas vulkanisme yang kembali aktif dan dikhawatirkan akan terjadi letusan dalam beberapa hari kedepan.
Namun semua anggapan itu dipatahkan oleh pendapat dari tim Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Alam (PVMBA) Bandung. Mereka beranggapan bahwa dinamika geologi pada blok batuan di patahan atau sesar yang disebut Sesar Grindulu serta interaksinya dengan sesar-sesar kecil di kawasan antara Gunung Wilis dan pegunungan kapur di selatan Trenggalek diyakini menjadi penyebab munculnya suara gemuruh. Meski demikian, tidak didapati potensi bahaya sehingga suara gemuruh itu nantinya diyakini hilang dengan sendirinya.
Lebih lanjut lagi, suara gemuruh yang terdengar di Gunung Wilis ini terjadi akibat adanya gerakan tanah. Adapun peristiwa tersebut disebabkan karena tanah di sekitar lereng Gunung Wilis sudah sangat lapuk yang merupakan sisa endapan vulkanik.
Adapun pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).
Selain aktivitas pelapukan, daerah ini juga memang tergolong daerah yang labil karena terdapat banyak patahan. Suara-suara gemuruh yang terdengar di sekitar lereng Gunung Wilis ditimbulkan akibat watak formasi batuan pada lempeng geologi di kawasan ini, yang berupa batu gamping (kapur) di antaranya menjadi gamping keras atau marmer, sehingga diduga menimbulkan suara keras akibat pergerakan-pergerakan, tumbukan-tumbukan batuan, yang akhirnya membentuk suatu retakan panjang di daerah ini.
-The End-

Your Reply