Archive for September 2012

Olimpiade Geologi Magmadipa (OGMA) 2012


.

Temen-temen SMA sederajat regional Jawa Tengah, tahun ini Teknik Geologi Universitas Diponegoro bakal ngadain Olimpiade Geologi! So, buat kamu yang tertarik di bidang kebumian, nih check this out!

Olimpiade Geologi Magmadipa 2012
 Ayo segera daftar ya..

NOAH - Tak Lagi Sama


.

Song: David/Ihsan
Lyric: Ihsan

Intro: A   B

A                        B 
Cerita ini tak lagi sama,
         G#m                  C#m
Meski hatimu selalu disini
A                                    B
Mengertilah bahwa ku tak berubah,
          G#m                   C#m
Lihat aku dari sisi yang lain

Bridge:
   A                 B     G#m      C#m 
Bersandar padaku, rasakan hatiku
  A                    B
Bersandar padaku

Reff:
E                    B              C#m 
      Dan diriku bukanlah aku 
                       B                 A
      tanpa kamu tuk memelukku
                       G#m
      Kau melengkapiku, 
F#m                    B    
      kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari

Bridge:
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku ooh

Reff:
Dan diriku bukanlah aku 
tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
 
Dan diriku bukanlah aku 
tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku, kau melegakan aku

chord by: Andi Pratama

Sekelumit Kisah GOM 3 Fakultas UNDIP (Part 1)


.

Assalamu'alaikum.

Malem ini gue pengen sedikit share aja tentang acara Grand Opening Mentoring (GOM) yang kemaren dilaksanain di kampus UNDIP. Ada beberapa hal yang menarik dari pelaksanaan GOM tahun ini. Eh anyway udah pada tau kan apa itu GOM? Singkatnya, itu adalah acara pembukaan dan pengenalan mentoring ke mahasiswa baru. Kontennya juga beragam, mulai dari motivasi, tips2 ngadepin semester2 awal, hiburan, sampe pemutaran film mentoring. Pokoknya seru lah, gak kalah ama konsernya #SMTown. hehe..

Terus apanya yang menarik dari pelaksanaan GOM tahun ini? Nih gue share kronologi acaranya, mulai dari persiapan sampe pelaksanaan:

Awalnya (dan emang rencananya begini), GOM yang diinisiasi oleh Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim (FSMM) Fakultas Teknik Undip emang hanya diselenggarain buat mahasiswa baru Fakultas Teknik doang. Dan itu udah direncanain dari jauh bulan (bener gak sih istilahnya? hehe). Bahkan proposal untuk peminjaman Gedung Prof Soedharto pun sudah diserahkan ke pihak rumah tangga rektorat, harapannya biar gedung bisa dipake pada hari H sesuai jadwal. Intinya semua persiapan udah beres dan matenglah secara konsep.

Namun, semua itu berubah ketika Negara Api menyerang (lho?). Nggak2 itu ngaco. Sebenernya semua udah fix. Tapi, mendadak situasi jadi serba genting.

Tepat 3 hari sebelum pelaksanaan acara, pihak panitia dapet SMS dari pihak rektorat. Isinya? Gedung Prof Soedharto, yang udah kita booking dari jauh2 bulan, ternyata mau dipake buat kegiatan tes CPNS. Itu pihak rektorat sebenernya ngerti gak sih ini acaranya anak teknik yang bakal dihadirin sekitar 1800an orang, dan kita disuruh pindah ke Auditorium Imam Bardjo??? *shock kaki di kepala, kepala di kaki

Gimana nggak, panitia udah siap banget dengan segala persiapan di Soedharto dan dengan jarak yang sangat singkat ini, pihak rektorat membatalkan pemesanan gedung secara sepihak. Tentunya kita gak bisa tinggal diam. Audensi dan lobi pun dilakukan. Tapi, tetep aja hasilnya nihil. Bahkan Pembantu Rektor II enggan nemuin pihak negosiator panitia GOM. Apa gak bikin kesel tuh? Mereka (pihak rektorat, red) bersikukuh bahwa ini adalah mandat pemerintah dan udah ada tandatangan Menteri. Alhasil kita dikasih opsi tunggal. Pihak rektorat bakal nyediain Auditorium Imam Bardjo UNDIP Kampus Pleburan sebagai penggantinya, lengkap dengan segala fasilitasnya, termasuk sound system, karpet, LCD, blower, dsb. Tapi jujur, tetep aja itu bukan menjadi solusi yang bisa menjadi komplementer.

Berita dadakan ini disampein langsung oleh ketua panitia, Satya Arisena Hendrawan, pas lagi rapat pleno sore2 di Masjid Kampus UNDIP. Udah bisa ditebak, kita semua kaget sekaligus bingung, mau gimana nih? Sebenarnya bukan kita gak mau dikasih di Imam Bardjo, tapi caranya itu lho, Kawan. Inget nih, 3 hari sebelum hari H! Gimana persiapannya coba? Apalagi tau sendiri, Imam Bardjo itu bukan tempat yang kondusif buat ngadain acara kayak seminar gini, lebih cocoknya dipake buat tempat konser musik. Serius gue!

Rapat pleno sore itu menghasilkan solusi. Ternyata, hari Ahad tanggal 23 September, bakal ada juga acara GOM di Soedharto yang diselenggarain oleh temen2 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) & Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP). Jadi rencananya kita pengen ngelobi buat tukeran tempat dengan temen2 FIB-FPP, mengingat peserta dari FT yang sekitar 1800an orang, sedangkan FIB-FPP hanya berkisar 500-600 orang. Opsi tempat yang kita tawarin, yaitu gedung LPPU UNDIP. Tempatnya masih di area kampus Tembalang dan kondisinya juga kondusif untuk jumlah peserta dibawah 1000 orang. Lagian minggu kemaren juga baru aja dipake sama temen2 FPIK buat ngadain GOM.

Alhamdulillah, dari lobi2 yang kita lakuin, mereka setuju dengan syarat semua keperluan pemindahan lokasi GOM ini dibantu oleh temen2 dari teknik.

Namun ntah kenapa, hari Jum'at gue dapet kabar lagi: pihak rektorat lagi rapat ngebahas pemakaian gedung Soedharto sebab hari Sabtu ternyata belum fix dipake buat tes CPNS.

*gondok setengah mati gue

Rasanya pengen banget ngebersihin lingkungan rektorat, biar orang2 disana juga bisa berpikir jernih. Enak banget ya ngerubah keputusan asal-asalan gitu. Dan ternyata emang bener, Bro. Hari Sabtu di Soedharto kosong melompong adem ayem sunyi senyap. Tes Penerimaan CPNS batal.

-_-"

Gue bingung harus ngasih ekspresi apa.

*gue udah ngantuk, besok aja yak dilanjutin.

Evaluasi PIMNAS XXV Yogya: Dibutuhkan Segera Sinergisitas Mahasiswa dan Birokrasi!


.

PIMNAS XXV di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah berakhir pada Juli kemarin dengan menempatkan Universitas Brawijaya sebagai juara umum, diikuti oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) di posisi kedua dan ketiga. Lalu dimanakah Universitas Diponegoro? Dengan 17 tim yang lolos sebagai peserta PIMNAS, Undip harus puas meraih satu medali perunggu dan satu penghargaan favorit sehingga hanya bisa menempatkannya pada posisi 18. Posisi ini bahkan tidak lebih baik jika dibandingkan dengan dua PTN tetangga, yaitu Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada posisi 7 dan Politeknik Negeri Semarang (Polines)  pada posisi 16.
Berikut ini tabel daftar juara umum PIMNAS sejak tahun 2004 dan grafik perbandingan jumlah tim peserta pada PIMNAS XXV.
Dari grafik disamping, Undip termasuk ke dalam 10 besar peserta dengan tim terbanyak pada PIMNAS XXV. Jika kita review dua tahun ke belakang, pada PIMNAS XXIII 2010 di Bali, Undip baru mampu mengirimkan 7 tim dengan hasil satu medali emas dan satu medali perunggu, sedangkan pada tahun berikutnya Undip hanya berhasil meloloskan 2  tim saja dan pulang dengan tangan hampa pada PIMNAS XXIV 2011 di Makassar. Tentunya kita wajib berbangga dan bersyukur dengan capaian Undip saat ini.
Pencapaian jumlah tim lolos PIMNAS yang melonjak tajam pada tahun ini tentunya bukan hanya hasil kerja keras mahasiswa secara individu. Kita juga perlu mengapresiasi kinerja lembaga mahasiswa yang bergerak di bidang ristek, seperti Forum Studi Teknik (FST) pada lingkup Fakultas Teknik, yang telah mengkampanyekan sejak jauh hari terkait ajang PIMNAS. Bahkan tidak hanya itu, pembimbingan dan advokasi pun dilakukan demi memuluskan target 1000 proposal PKM yang dicanangkan oleh rektorat Undip. Alhasil, Fakultas Teknik berhasil menjadi penyumbang terbanyak proposal yang lolos didanai Dikti.



Selain itu, apresiasi tinggi juga perlu kita tujukan kepada birokrasi Undip. Beberapa ‘pasukan’ Undip pada PIMNAS tahun ini pun mengakui ada beberapa hal yang telah mengalami peningkatan kualitas terkait pelayanan dan dukungan dari birokrasi terhadap perkembangan riset di kampus Diponegoro ini. Salah satunya dengan mengadakan Monev (Monitoring dan Evaluasi) oleh reviewer internal dalam lingkup kampus Undip sebagai persiapan awal sebelum diadakannya Monev dari pihak Dikti. Selain itu, mahasiswa juga telah diberi pembekalan, beberapa hari sebelum berangkat berjuang mewakili Undip di ajang PIMNAS. Tentunya semua usaha yang telah diberikan oleh birokrasi patut kita apresiasi tinggi.
Namun kita pun sebagai mahasiswa harus sadar bahwa kualitas dukungan dari birokrasi Undip masih kalah jauh dibandingkan dengan universitas lain. Sebagai contoh, ketika mahasiswa Undip masih bersusahpayah mengejar UAS susulan akibat mewakili Undip di ajang PIMNAS, justru IPB telah mengapresiasi mahasiswanya, yang proposal PKMnya didanai oleh Dikti, dengan memberikan tiga SKS tambahan dengan nilai minimal B. Sudah sangat terlihat kan bagaimana peran aktif birokrasi dalam mewujudkan kampus riset. Disinilah sangat diperlukan peran aktif mahasiswa dalam mengkomunikasikan kebutuhan mahasiswa terkait pengembangan iklim riset di kampus Undip. Sebab pada dasarnya mahasiswa lebih paham dan mengerti apa-apa saja yang diperlukan ketika melakukan penelitian karena mahasiswa sendirilah yang merupakan pelaku intelektual pengembang riset itu sendiri. Misalnya, mahasiswa sebenarnya lebih membutuhkan bimbingan dosen yang capable sekaligus pembinaan khusus dalam pembuatan poster dibandingkan mendapat pelayanan hotel mewah ketika pembekalan. Namun, semua itu bukan berarti usaha dan dukungan birokrasi terkesan sia-sia, hanya saja belum tepat sasaran bila ingin menghasilkan kualitas penelitian yang lebih baik.
Mulai sekarang, mahasiswa Undip perlu berbenah diri. Tidak perlu ada lagi hujatan-hujatan kepada birokrasi jika kita pun secara individu masih belum maksimal berusaha. Namun, kita juga wajib untuk lebih komunikatif dengan birokrasi mengingat mahasiswalah yang lebih paham dan mengerti mengenai kebutuhannya dalam penelitian. Di sisi lain, birokrasi sebagai pencetus visi besar Undip menjadi World Research University 2020 juga wajib mendengarkan aspirasi mahasiswa sebagai bentuk nyata dukungan dalam pengembangan iklim riset yang berkualitas di kampus Diponegoro. Jika sudah terwujud kondisi yang sinergis antara mahasiswa dan birokrasi, bukan menjadi hal yang mustahil Undip menjadi juara umum di ajang PIMNAS.

UNDIP JAYA!



*tulisan ini juga akan dimuat di majalah SOL dari biro Forum Studi Teknik Universitas Diponegoro