Jauh sebelum
mengenal mentoring, pendidikan agama Islam telah diajarkan pada setiap jenjang
tahapan pendidikan, mulai dari SD bahkan hingga perguruan tinggi. Namun hal
demikian belum bisa dikatakan cukup apabila pendidikan tersebut hanyalah
sebatas ilmu pengetahuan tanpa adanya penerapan dalam berbagai aspek kehidupan.
Terlebih jika setiap individu belum memiliki kesadaran untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Padahal sudah jelas tertuang dalam firman Allah
Q.S. Al-Baqoroh: 208 yang menggambarkan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang
menyangkut semua aspek kehidupan. Dengan demikian, sudah sepatutnya ajaran
agama Islam tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam kurikulum pendidikan,
akan tetapi harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk juga dalam
lingkungan pergaulan, maupun lingkungan masyarakat.
Sebagai kegiatan peningkatan kualitas hidup pribadi manusia yang
berlandaskan agama, mentoring merupakan kegiatan rutin dengan skala urgensitas
yang tergolong tinggi. Saya berani berkata demikian sebab tidak ada seorangpun
yang bisa menjamin kualitas iman seseorang akan selalu berada dalam kondisi
yang prima. Begitu juga dengan semangat dan motivasi. Semua itu merupakan hal-hal
yang bersifat fluktuatif. Bisa jadi satu minggu kita berada dalam kondisi
memuncak, namun tidak menutup kemungkinan juga minggu-minggu selanjutnya kita
justru menjadi down akibat kelelahan
dalam menjalani rutinitas. Sebab pada dasarnya hati manusia juga memerlukan suatu
penyegaran ruhaniyah, tentunya dengan menggunakan pendekatan agama.
Berdasarkan
uraian diatas, paling tidak kita sudah sedikit bisa memahami bagaimana kekuatan
mentoring dalam upaya peningkatan kualitas hidup seseorang. Dari sini, kita juga
harus mulai berpikir bagaimana meletakkan posisi mentoring dalam skala
prioritas kegiatan. Bisa dikatakan, kita perlu meluangkan sedikit waktu kita,
terlepas dari berbagai agenda yang ada, untuk mendapatkan materi mentoring.
Dengan kata lain, mentoring telah memiliki urgensitasnya sendiri dalam agenda
kehidupan sehari-hari kita.
Berbicara tentang
urgensitas memang tidak bisa kita pisahkan dari prioritas. Betapapun pentingnya
suatu hal, namun semua kembali lagi pada manajemen prioritas kegiatan yang telah
kita susun. Seperti judul yang saya buat diatas, ketika kedewasaan telah
didapatkan dalam memahami prioritas berbagai kegiatan, tentunya kita dapat
menempatkan kegiatan mentoring pada posisi yang spesial di hati kita. Sebab
kita harus segera sadar, mentoring bukanlah agenda wajib yang dirutinkan,
tetapi sudah menjadi agenda rutin atas dasar kebutuhan penyegaran ruhaniyah
pribadi.
***